Sejarah Masuknya Kerajaan Islam di Indonesia
~KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA~
A. SISTEM KEPERCAYAAN HINDU BUDHA
Latar belakang sejarah sebagai bukti adanya akulturasi Islam dan budaya lokal. Sebelum Islam datang ke Indonesia, di Nusantara (Indonesia) telah berdiri kerajaan-kerajaan yang bercorak Hinduisme dan Budhisme. Seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Akan tetapi setelah proses islamisasi dimulai sejak abad ke XIII, unsur agama Islam sangat memegang peranan penting dalam membangun jaringan komunikasi antarak erajaan-kerajaan pesisir dengan kerajaan-kerajaan pedalaman yang masih bercorak Hindu-Budha. Misalnya di daerah pesisir utara Jawa,kerajaan-kerajaan yang berdiri umumnya diperintah oleh pangeran-pangeran saudagar. Mereka takluk kepada raja Majapahit. Tetapi setelah raja-raja setempat memeluk agama Islam, maka mereka menggunakan Islam sebagai senjata politik dan ekonomi untuk membebaskan diri sepenuhnya dari kekuasaan Majapahit.Setelah runtuhnya Majapahit 1520 M; di daerah pesisir proses Islamisasi berjalan sangat intensif hingga akhirnya berdirilah kerajaan-kerajaan Islam seperti, Demak, Banten dan Cirebon. Namun dalam segi pemahaman aqidah Islam, tidak serta merta mantap, dan melenyapkan alam pikiran filsafat lama, seperti Hindu dan Budha. Mereka memang mengucapkan kalimat Syahadat, akan tetapi kenang-kenangan dan praktik-praktik kepada kepercayaan kepada Bata Guru, Batara Wisnu, Dewata Sewwa, dan lain masih tetap hidup. Disinilah muncul kecenderungan sinkritisme. Dengan demikian, maka Islam yang berkembang di pedalaman Jawa berbeda dengan Islam yang berkembang di pesisir adalah Islam yang mobilitas sosialnya tinggi dan mengikuti perkembangan dunia Islam.
B. HUBUNGAN AJARAN AGAMA YANG UNIVERSAL DENGAN SETTING
BUDAYA LOKAL YANG MELINGKUPINYA.
Universalisme Islam adalah salah satu karakteristik Islam yang agung. Islam sebagai agama yang besar berkarakteristikkan: (1) Rabbaniyyah, (2) Insaniyyah (humanistik), (3) Syumul (totalitas) yang mencakup unsur keabadian, universalisme dan menyentuh semua aspek manusia (ruh, akal, hati dan badan), (4) Wasathiyah (moderat dan seimbang),(5)Waqi‟iyah (realitas), (6) Jelas dan gamblang, (7) Integrasi antara al-Tsabat wa al-Murunah (permanen dan elastis).
Universalisme Islam yang dimaksud adalah bahwa risalah Islam ditujukan untuk semua umat, segenap ras dan bangsa serta untuk semua lapisan masyarakat. Ia bukan risalah untuk bangsa tertentu yang beranggapan bahwa dia-lah bangsa yang terpilih, dan karenanya semua manusia harus tunduk kepadanya.
Risalah Islam adalah hidayah Allah untuk segenap manusia dan rahmatNya untuk semua hamba-Nya. Maha Suci Allah yang telah menurunkan AlFurqon kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.
Ayat-ayat di atas yang nota bene Makkiyah, secara implisit membantah tuduhan sebagian orientalis yang menyatakan bahwa Muhammad Saw tidak memproklamirkan pengutusan dirinya untuk seluruh umat manusia pada awal kerisalahannya, akan tetapi setelah mendapat kemenangan atas bangsa Arab.
Universalisme Islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting, dan yang terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran Islam yang mencakup aspek akidah, syari‟ah dan akhlak (yang sering kali disempitkan oleh sebagian masyarakat menjadi hanya kesusilaan dan sikap hidup), menampakkan perhatiannya yang sangat besar terhadap persoalan utama kemanusiaan.
Kosmopolitanisme Kebudayaan Islam. Selain merupakan pancaran makna Islam itu sendiri serta pandangan tentang kesatuan kenabian (wahdat al-nabawiyah; the unity of prophet) berdasarkan makna Islam itu, serta konsisten dengan semangat prinsip-prinsip itu semua,kosmopolitanisme budaya Islam juga mendapat pengesahan-pengesahan langsung dari kitab suci seperti suatu pengesahan berdasarkan konsep-konsep kesatuan kemanusiaan (wihdat al-insaniyah; the unity of humanity) yang merupakan kelanjutan konsep kemahaesaan Tuhan (wahdaniyat atau tauhid; the unity of god).
Dalam realitas kehidupan, watak kosmopolitanisme Islam sekarang itu sudah terlihat mulai hilang sehingga sebagian kaum muslim kini sudah menjadi “kelompok yang berpandangan sempit dan sangat ekslusif ”. Mereka akhirnya tidak mampu lagi mengambil bagian dalam peradaban manusia yang muncul dimasa pasca industri.
Realitas problem tersebut membuat Gus Dur berharap agar umat Islam tidak terjebak dalam tawaran idealisme aspekaspek “Islam sebagai alternatf ”. Sebab tawaran seperti ini menurutnya hanya akan membuat idealisasi Islam jatuh, sama dengan usaha formalisasi Islam yang menghasilkan bangunan normatif Islam yang eksklusif dan picik.
Pandangan Gus Dur ini selaras dengan pandangan Nurcholish Madjid yang menginginkan agar universalisme dan kosmopolitanisme Islam itu tampil secara inklusif ditengah pluralitas budaya dan heterogenitas politik masyarakat. Hal ini karena pada dasarnya agama itu merupakan bagian dari manusia. Agama itu turun ke dunia bukan untuk menimbulkan peperangan, tatapi sebaliknya untuk menciptakan perdamaian, sebagai bimbingan bagi manusia bagaimana hidup yang baik, bergaul dengan orang sekitarnya dan berhubngan dengan alam semesta, termasuk hubungan dengan Tuhan.
Adanya kemungkinan akulturasi timbal balik antara Islam dengan budaya lokal diakui dalam suatu kaidah atau ketentuan dasar dalam ilmu ushul fiqh, bahwa “al-„adah muhakkamah,” adat itu dihukumkan, atau lebih lengkapnya, “adat adalah syariat yang dihukumkan”, artinya adat dan kebiasaan suatu masyarakat yaitu budaya lokalnya adalah sumber hukum dalam Islam. Karenanya, unsur-unsur budaya lokal yang dapat atau harus dijadikan sumber hukum adalah yang tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam.
Dalam ilmu ushul fiqh, budaya lokal dalam bentuk kebudayaan itu di sebut „urf. Karena „urf suatu masyarakat sesuai dengan uraian di atas, mengandung unsur salah dan yang benar sekaligus, maka dengan sendirinya orang-orang muslim harus melihatnya secara kritis dan tidak dibenarkan sikap yang hanya membenarkan semata. Hal ini sesuai dengan berbagai prinsip Islam sendiri yang menentang tradisionalisme.
Jika demikian, jelaslah perjalanan sejarah rekonsiliasi antara Islam sebagai agama dan budaya lokal yang melingkupinya serta adanya landasan hukum legitimatif dari syara‟ berupa „urf dan mashlahah. Maka untuk strategi pengembangan budaya Islam di Indonesia, kita perlu bervisi ke depan. Kenapa harus budaya? Karena budaya menyentuh seluruh aspek dan dimensi cara pandang, sikap hidup serta aktualisasinya dalam kehidupan manusia.
C. MASUKNYA AGAMA ISLAM
Indonesia wilayah Barat dan sekitar Malaka sejak dulu merupakan wilayah yang cukup strategis dalam hasil bumi yang melimpah dan menjadi daya tarik para pedagang.
Wilayah itu menjadi daerah perlintasan yang cukup penting antara China dan India. Akibatnya di wilayah Sumatera dan Jawa antara abad ke 1 dan ke 7 M seringkali menjadi persinggahan para pedagang asing serta menjadi titik awal penyebaran Agama Islam.Hadirnya Islam ke Indonesia merupakan anugerah tersendiri khususnya bagi masyarakat Indonesia dan bagi umat manusia seluruhnya, sehingga dapat membangun peradaban yang jauh lebih baik bagi masyarakat Indonesia pada saat itu. Islam membawa kemajuan dan kecerdasan serta dapat merubah kehidupan sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat Indonesia. Kedatangan Islam menjadi titik terang bagi kawasan Asia Tenggara terutama bagi Indonesia, karena Islam membuka cakrawala intelektualisme masyarakat Indinesia pada masa itu yang tidak terdapat pada masa Hindu-Budha.Kedatangan Islam pada masa itu membawa banyak kemajuan termasuk dalam bidang pendidikan.
Islam masuk ke Indonesia, tidak dilakukan dengan cara peperangan maupun penjajahan. Sebaliknya penyebaran Islam di Indonesia justru dengan cara damai. Berbagai cara perkembangan Islam di Indonesia diantaranya melalui jalur perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, kesenian, tasawuf, yang kesemua cara tersebut banyak membantu dan mendukung meluasnya ajaran agama Islam. Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran persebaran Islam ke Indonesia salah satunya ialah pendidikan.
Proses penyebaran Islam di Indonesia salah satunya melalui pendidikan, seperti pendidikan Pondok Pesantren yaitu tempat pembelajaran Agama bagi para santri, yang dilaksanakan oleh para guru agama, para kyai, dan para ulama. Di pesantren, para santri mendapat pendidikan agama yang cukup memadai. Setelah sekian lama belajar ilmu agama dari pesantren, kemudian mereka memanfaatkan apa yang mereka peroleh dari pesantren. Misalnya saja dalam hal berdakwah. Mereka kembali ke kampongnya sendiri-sendiri dan berdakwah sesuai apa yang didapatkan dari pesantren. Semakin terkenal kyai yang mengajarkan semakin terkenal pesantrennya, dan pengaruhnya akan semakin luas.
Perkembangan Islam di Nusantara dalam berbagai bidang. Pertama, bidang politik. Perkembangan Islam dalam bidang politik dapat dibedakan dalam 5 masa, yakni masa penjajahan, masa kemerdekaan, masa pemerintahan di orde baru dan masa pemerintahan di orde lama dan masa reformasi. Kedua, Bidang Seni dan Budaya. Di Indonesia memiliki kesenian Islam. Namun dibandingkan dengan Negara lain, Indonesia cukup tertinggal dalam hal bidang kesenian Islam. Misalnya di kerajaan Mughal ada Taj Mahal yang merupakan salah satu seni arsitektur. Masyarakat Islam di Indonesia, memang menjadi pengikut bukan pemimpin. Namun demikian, Islam di Indonesia membawa perubahan yang berkemajuan.
D. PENDIDIKAN PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI NUSANTARA
Proses Pendidikan Islam di Nusantara telah diselenggarakan pada masa kerajaan Islam pertama di Nusantara yaitu di Perlak pada tahun (840–1292 M), dan kerajaan samudra pasai pada tahun (1267-1521 M). Hal ini diungkapkan oleh seorang ilmuwan dari maroko yang berkelana ke berbagai negeri termasuk ke Indonesia yaitu Ibnu Batutah. Dalam buku Rihlah Ibn Batutah mengungkapkan, saat beliau pergi mengunjungi kerajaan Samudra Pasai, ia mengikuti raja Malik Az- Zahir sedang memberikan kajian agama Islam dengan metode halaqoh selepas sholat jum‟at hingga menjelang sholat ashar. Menurut Ibnu batutah, Samudera Pasai merupakan pusat pengembagan agamaIslam dan sering dijadikan tempat bagi para ulama dari daerah lain untuk bermusyawarah tentang persoalan keagamaan dan hal-hal yang bersifat keduniaan.
Proses Pendidikan pada masa kerajaan Islam di nusantara selain dilaksanakan di Pulau Sumatra juga diselenggaara di pulau Jawa. Pendidikan Islam di Jawa dilaksanakan oleh para wali songo, seperti Syeh Maulana Malik Ibrahim yang menyampaikan dakwah Islam melalui perdagangan dan pengobatan gratis dan memberikan pendidikan tentang bertani. Selain itu ada juga Sunan Ampel di Surabaya pada tahun1443 M dengan dakwahnya soal aqidah dan ibadah. Beliau berdakwah dengan metode pendekatan ke masyarakat. Dalam pengembangan proses pendidikan Islam Sunan Ampel mendirikan pondok pesantren. Dan masih ada lagi para tokoh atau ulama wali songo lainya seperti sunan Kudus, sunan Bonang, sunan Kalijaga dan lainlain yang menyebarkan Islam di pulau Jawa.
Pada masa penjajahan Belanda hegemoni politik dipegang oleh kekuatan Belanda dengan VOC nya yang didirikan pada tahaun 1755. Dengan semakin kuatnya kekuasaan kolonial Belanda, maka raja Jawa kehilangan kekuasaan politiknya. Sehingga beberapa ulama keraton sebagai penasihat raja tersingkirkan dari lingkungan kekuasaan. Rakyat kehilangan kepemimpinan. Eksploitasi kekayaan dan hasil bumi untuk kepentingan pemerintah kolonal Belanda dan raja-raja tradisonal jarang membantu rakyat sehingga lengkaplah penderitaan rakyat pada masa itu. Dalam kondisi yang demikian rakyat menjadi pemimpin non formal yang masih memperhatikan mereka.
Dalam situasi yang demikian itu pendidikan di Indonesia pada zaman penjajahan mengalami kemunduran bila dibandingkan ketika Islam masuk ke Nusantara. Pada era masuknya Islam ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah menjalani proses pendidikan, terutama pendidikan Islam. Namun tatkala penjajah Belanda menancapkan kukunya di bumi pertiwi, Belanda tidak lagi peduli dengan perkembangan pendidikan bangsa Indonesia khususnya pendidikan Islam. Hal ini di sebabkan oleh ketakutan Belanda tehadap Islam dan semboyan penjajahan belanda Gold, Gospel, Glory yang menjadi latar belakang sistem kolonialisme dan imperialisme. Gold berarti kekayaan, dalam hal ini Ingin menguasai kekayaan negeri yang dijajahnya. Gospel mempunyai makna agama, yang berarti penjajahan Belanda mempunyai misi kristenisasi di Indonesia.Glor bermakna kejayaan yang bertujuan ingin mengembalikan kejayaan bangsa Eropa di masa lampau, dengan cara menguasai negeri pertiwi dengan penjajahannya.
E. TEORI MASUKNYA ISLAM
Sejak awal abad masehi telah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antar pulau atau antar daerah. Kawasan timur yang meliputi kepulauan India Timur dan Pesisir Selatan Cina sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melaluia perdagangan.
Pedagang Arab datang ke Nusantara melalui jalur laut dengan rute dari Aden menyisir pantai menuju Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Keras, Quilon, dan Kalicut kemudian menyisir pantai Karamandel seperti Saptagram ke Chitagong (pelabuhan terbesar di Bangladesh), Akyab (sekarang wilayah Myanmar), Selat Malaka, Peureulak (Aceh Timur), Lamno (pantai barat Aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore Terdapat beberapa teori masuknya Islam di indonesia sebagai berikut:
1.teori Arab
2.teori Cina
3.teori Persia
4.teori India
5.teori Turki
F. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM
1. Kerajaan-Kerajaan Islam di Sumatera
Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang ada di Indonesia yang menganut agama Islam. Secara geografis Kerajaan Samudra Pasai terletak di pesisir utara Sumatera, tepatnya ada di Kota Lhokseumawe, Kabupaten Aceh Utara. Kerajaan Samudra Pasai diperkiakan berdiri sekitar abad ke-13 M yang merupakan hasil dari proses islamisasi di sekitar pantai Sumatera oleh pedagang Arab, Persia, dan India mulai abad 7M. Bukti berdirinya Kerajaan Samudra pasai adalah ditemukannya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudra Pasai.
Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam merupakan salah satu kerajaan maritim terbesar yang ada di Nusantara. Kerajaan Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera yang menjadi tempat strategis bagi arus perdagangan laut internasional (lintas Samudera Hindia). Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 1514 M oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Kerajaan Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luas yaitu sebagian pesisir barat dan timur bagian utara Pulau Sumatera, serta daerah pedalaman di sekitar pesisir. Kebesaran Kerajaan Aceh tidak lepas dari peristiwa penaklukan Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 M. Peristiwa tersebuat membuat Aceh menjadi pelabuhan alternatif bagi para pedagang, khususnya para muslim yang nggak mau berbisnis di Malaka-Portugis.
2. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa
Kerajaan Demak
Demak sebelumnya merupakan daerah yang dikenal dengan nama Bintaro yang merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan pemerintahannya diberikan kepada Raden Patah yang merupakan seorang keturunan Raja Brawijaya V yang ibunya menganut agama Islam dan berasal dari daerah Jeumpa, daerah Pasai. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah Kerajaan
Demak sebagai kerajaan Islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Setelannya Raden Patah diangkat menjadi bupati di daerah Bintaro (Demak) dengan gelar Sultan Alam akbar al-Fatah. Raden Patah memerintah Demak dari tahun 1518 M.
Kerajaan Banten
Kerajaan Banten berlokasi di ujung Pulau Jawa yaitu daerah Banten dan berlangsung sejak tahun 1526 M hingga 1813 M. Sultan Maulana Hasanuddin sebagai raja pertama Kerajaan Banten, walupun begitu pendiri dari Kerajaan Banten adalah Syarif Hidaytullah atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan raja yang pada masa kepemimpinannya, KerajaanBanten mencapai puncak kejayaan. Puncak kejayaan tersebut dapat dilihat dari meluasnya wilayah perdagangan Kerajaan Banten hinga ke wilayah selatan Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bahkan pada masa itu, Kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam terbesar di Nusantara dan Sultan Ageng Tirtayasa menjadi tokoh yang gencar melawan dominasi dan pengaruh VOC.
3. Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan
Kerajaan Kutai Kertanegara
Kerajaan Kutai Kertanegara adalah kerajaan Melayu yang bermula dari kerajaan Hindu pada tahun 1300 di Kutai Lama dan berubah menjadi kerajaan Islam pada 1575 serta berakhir pada 1960. Ibu kota kerajaan ini pada awalnya berada di Jaitan Layar sebelum berpindah ke Tepian Batu, kemudian ke Pemarangan-Jembayan hingga Tepian Pandan. Kerajaan Kutai Kertanegara berdiri pada awal abad ke-13 di daerah yang bernama Jaitan Layar atau Kutai dengan rajanya yang pertama yakni Aji Batara Agung Dewa Sakti yang berkuasa antara 1300-1325 M. Pada 1635, kerajaan ini berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Martadipura yang kala itu diperintah oleh Maharaja Dharma Setia. Sejak saat itu, raja mengubah nama kerajaannya menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura.
Kerajaan Banjar
Kesultanan Banjar atau Kesultanan Banjarmasin atau Kerajaan Banjar adalah sebuah kesultanan yang wilayahnya saat ini termasuk ke dalam provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Banjar yang lebih luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam yang berdiri antara 1526 hingga 1905 Masehi di Banjarmasin. Mulanya, kesultanan ini terletak di wilayah Banjarmasin meski pada perkembangannya sempat berpindahpindah ibukota hingga ke Martapura.
Kerajaan-Kerajaan Islam di Maluku
Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate telah berdiri sekitar abad ke 13 Masehi. Kerajaan ini berada di Maluku Utara dan beribukotakan di Simpalu. Penyebaran Islam di kerajaan Ternate dipengaruhi oleh ulama-ulama dari Jawa, Arab dan Melayu. Kemudian, kerajaan ini pun resmi memeluk Islam setelah raja Zainal Abidin belajar tentang Islam dari Sunan Giri pada tahun 1486 Masehi. Sebagai pusat perdagangan rempah-rempah, maka banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia yang singgah di wilayah Ternate. Kesultanan Ternate atau juga dikenal dengan Kerajaan Gapi adalah salah satu dari 4 kerajaan Islam di Kepulauan Maluku dan merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Didirikan oleh Baab Mashur Malamo pada tahun 1257 M.
Kerajaan Tidore
Kerajaan Tidore adalah kerajaan Islam yang berpusat di wilayah Kota Tidore, Maluku Utara. Ketika didirikan pada abad ke-11 Kerajaan Tidore belum memeluk agama Islam. Kerajaan Tidore memeluk Islam sekitar abad ke 15 Masehi.
5. Kerajaan-Kerajaan Islam di Sulawesi
Kerajaan Gowa Tallo
Kerajaan Gowa Tallo merupakan kerajaan kembar yang menjalin persekutuan, kerajaan ini juga disebut dengan Kerajaan Makasar. Kerajaan Gowa Tallo adalah sebuah kerajaan dan kesultanan yang berpusat di daerah Sulawesi Selatan, tepatnya di jazirah selatan dan pesisir barat semenanjung yang mayoritas didiami oleh suku Makassar. Kerajaan Gowa Tallo menerima ajaran agama Islam dari Gresik atau Giri yang tersebar dalam proses Islamisasi diseluruh Nusantara. Raja Gowa Tallo yang pertama memeluk agama Islam bernama Raja Alauddin. Raja Allaudin memerintahkan Gowa Tallo dari tahun 1591-1638 M.
Kerajaan Buton
Kerajaan Kesultanan Buton merupakan kerajaan Islam yang terletak di Sulawesi Tenggara. Kerajaan ini telah lama berdiri bahkan sebelum agama Islam masuk ke wilayah Sulawesi. Kerajaan Buton atau Kesultanan Buton berdiri sejak tahun 1332 hingga 1960 Masehi.
G. KEHIDUPAN MASYARAKAT MASA ISLAM
1. Kehidupan Masyarakat Islam
Pada abad ke-7 Masehi para pedagang dari Arab, Persia dan Gujarat mulai singgah di beberapa daerah pesisir Sumatra. Sehingga terjadilah hubungan dagang antara para pedagang dengan masyarakat setempat. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh para pedagang memperkenalkan ajaran dan nilai-nilai Islamkepada masyarakat di Indonesia. Cara penyebaran agama islam yaitu: perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, kesenian, dan Tasawuf.
2. Perkembangan di Indonesia
Pengaruh Islam diperkirakan telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7. Islam dibawa langsung oleh para pedagang Arab, Persia, dan India (Gujarat). Masuk dan berkembangnya Islam di berbagai wilayah Indonesia tidak pada waktu yang bersamaan. Hal ini dikarenakan:
1) Indonesia terdiri dari banyak pulau.
Di berbagai wilayah Indonesia terdapat kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha pada saat kedatangan Islam. Di Sumatera, misalnya ada kerajaan Sriwijaya dan Melayu, di Jawa ada kerajaan Mataram, Majapahit, Sunda, dan di Kalimantan ada kerajaan Nagara, Daha, dan Kutai
2) Masyarakat daerah pantai mengembangkan ekonomi maritim, berdagang dan berlayar, sehingga dimungkinkan lebih banyak berhubungan dengan suku atau bangsa lain dibandingkan.
H. PENINGGALAN ISLAM
1. Kerajaan Samudera Pasai
a. Kehidupan Politik
b. Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
2. Kerajaan Malaka
a. Kehidupan Politik
b. Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Mayarakat Malaka.
3.Kerajaan Aceh
a. Kehidupan Politik
b. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
4. Kerajaan Demak
a. Kehidupan Politik
b. b. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
5.Kerajaan Mataram Islam
a. Kehidupan Politik
6. Kerajaan Banten
a. Kehidupan Politik
7. Kerajaan Gowadan Tallo
a. Kehidupan Politik
b. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
8. Kerajaan Ternate dan Tidoredi Maluku
a. Kehidupan Politik
b. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Macam-macam Peninggalan Sejarah Bercorak Islam
Islam terkenal dengan kebudayaannya yang benilai tinggi. Hal ini dibuktikan peninggalan-peninggalannya diberbagai daerah:
a. Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah pemeluk agama Islam. Beberapa masjid peninggalan kerajaan Islam pada antara lain masjid Aceh dan Indrapura (Nanggroe Aceh Darussalam), Masjid Banten (Banten), Masjid Demak dan Kudus (Jawa Tengah), serta Masjid Sendangduwur (Jawa Timur).
b. Makam Makam merupakan tempat untuk menguburkan orang yang sudah meninggal.
Makam raja atau tokoh penyebar Islam menjadi peninggalan sejarah yang bernilai tinggi Beberapa makam tersebut antara lain makam Sultan Malik as-Saleh dan Sultan Iskandar Muda (Pasai, Nanggroe Aceh Darussalam), makam Maulana Malik Ibrahim (Gresik, Jawa Timur), makam raja-raja Gawa Tallo (Makassar, Sulawesi Selatan), serta makam wali sanga.
c. Keraton
Keraton adalah bangunan yang luas untuk kediaman raja. Beberapa contoh keratin antara lain Keraton Kasunanan Surakarta (Jawa Tengah), Keraton Yogyakarta (DI Yogyakarta), Kasepuhan dan Kanoman Cirebon (Jawa Barat), Kasultanan Ternate (Maluku Utara), serta Kasultanan Deli (Sumatra Utara)
d. Karya Sastra
Beberapa bentuk karya sastra peninggalan Islam sebagai berikut:
1.hikayat
2.suluk
3.badad
Komentar
Posting Komentar