Masa Hindu Budha di Indonesia

A. Masa Pra Hindu-Buddha.

       Sebelum kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Nusantara, masyarakat terdahulu menganut suatu kepercayaan yang dinamakan kepercayaan Animisme dan Dinamisme. Pengertian dari Animisme cukup banyak. Kata animisme berasal dari bahasa Latin “anima” yang berarti “roh”. Animisme adalah suatu kepercayaan terhadap makhluk halus dan roh, serta keyakinan seperti ini sudah banyak dianut oleh bangsa-bangsa yang belum bersentuhan ataupun belum pernah menerima ajaran yang berdasarkan daripada agama samawi (wahyu). Adapun karakteristik masyarakat yang menganut paham ini, antara lain adalah mereka selalu memohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh-roh, misalnya untuk penyembuhan penyakit, sukses dalam bercocok tanam, terhindar dari gangguan hama tanaman, hidup rukun, berhasil dalam berburu, selamat dalam perjalanan jauh dan berperang, terhindar dari gangguan bencana alam seperti banjir, gunung meletus, gempa bumi, kebakaran, dan gangguan cuaca; mudah dalam melahirkan, masuk surga setelah melahirkan, selamat saat membangun dan masuk rumah baru, serta mencapai kedudukan. Inti dari pemahaman animisme ialah mempercayai bahwa setiap benda di bumi seperti laut, gunung, hutan, gua, dan kuburan mempunyai jiwa yang harus dihormati dan dijunjung agar jiwa tersebut tidak mengganggu manusia, bahkan dapat membantu mereka dalam kehidupan untuk menjalankan aktifitas kesehariannya.

       Ciri utama kepercayaan animisme adalah percaya kepada kewujudan roh. Di antaranya adalah penganut kepercayaan ini meyakini bahwa roh seseorang yang telah mati akan bergentayangan ibarat tanpa tuan, menganggu mereka, bahkan kembali datang mengunjungi mereka juga. Sebab itu, mereka mengadakan acara ritual kepada arwah tersebut pada hari ketiga, ketujuh, dan keseratus. Selain itu, mereka percaya bahwa tumbuh tumbuhan dan binatang memiliki kekuatan gaib. Dalam hal ini, penganut animisme melakukan pemujaan terhadap kekuatan roh tersebut yang dipimpin oleh pawang. Tujuannya adalah untuk memeroleh kebaikan dan terhindar dari bencana alam. Setelah ajaran Islam masuk ke daerah Aceh, segala kepercayaan tersebut perlahan-lahan menghilang, tetapi mulai disesuaikan dengan ajaran Islam.

       Istilah Dinamisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu dunamos. Dalam bahasa Inggris disebut dynamic, artinya adalah kekuatan, daya, kekuatan atau khasiat. Dalam hal ini, dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda-benda di sekitar manusia karena diyakini memiliki kekuatan yang gaib. Dengan kata lain, dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam zat suatu benda dan diyakini mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya. Kesaktian itu bisa berasal dari api, batu-batuan, air, pohon, binatang, bahkan manusia. Unsur dinamisme lahir dari rasa ketergantungan manusia terhadap daya dan kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan selalu merasa butuh dan berharap kepada zat lain yang dianggapnya mampu memberikan berbagai pertolongan dengan kekuatan yang dimilikinya. Manusia tersebut mencari zat lain yang akan ia sembah, karena ia merasa tenang dan nyaman jika ia selalu berada dekat zat tersebut.


B. Sejarah dan Teori Masuknya agama Hindu Buddha

Sejarah Nusantara pada masa Kerajaan Hindu-Budha tercipta sejak adanya hubungan pertukaran perdagangan antara Nusantara dengan negara-negara luar, seperti India, Cina, dan kawasan Timur Tengah. Agama Hindu dibawa oleh pengelana dari India bernama Maha Resi Agastya. Maha Resi Agastya di Jawa ini dikenal sebagai Batara Master atau Dwipayana. Pelajaran agama Hindu yang lahir di beberapa tempat di Nusantara disebut aliran Waiṣṇawa, yang merupakan ajaran yang memuja Guru Wiṣṇu sebagai dewa tertinggi. Edukasi ini diterima oleh tandan masyarakat di Lokasi Kota Kapur, Bangka, Lokasi Cibuaya, Lokasi Karawang dan Lokasi Muarakaman, Kutai (sekitar abad ke-5-7 Masehi). Bukti keberadaan agama Hindu dapat dilihat pada ukiran Tuk Mas yang terdapat di Kota Lebak, Daerah Grabag, Magelang, Jawa Tengah, di lereng Gunung Merbabu yang diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-7. Proses masuknya agama Hindu di Indonesia sampai sekarang belum diketahui dengan jelas karena di kalangan para sejarawan belum ada kesepakatan yang bulat.

Hal ini mengakibatkan timbulnya bermacam-macam teori tentang masuknya agama Hindu-Buddha ke Indonesia, antara lain:

1. Teori Waisya (N. J. Krom)

Menyatakan bahwa kaum pedagang dari India, di samping berdagang, juga membawa adat kebiasaan, seperti melakukan upacara keagamaan. Menurut N.J. Krom, kaum pedagang merupakan golongan terbesar yang datang ke Nusantara. Mereka pada umumnya menetap di Nusantara dan kemudian memegang peranan penting dalam proses penyebaran kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa penguasa Indonesia.

2. Teori Ksatria (F. D. K. Bosch)

       Menyatakan Adanya raja-raja dari India yang datang menaklukkan daerah tertentu di Indonesia dan menghindukan penduduknya. Van Leur mengajukan keberatan terhadap teori ini karena suatu kolonisasi yang dilakukan oleh golongan ksatria akan tercatat dalam sumber-sumber tertulis baik di India maupun di Indonesia.

3. Teori Brahmana (J. C. Van Leur)

       Kaum brahmanalah yang menyebarkan agama Hindu di Nusantara, Hal ini disebabkan karena kaum brahmana merupakan golongan yang menguasai soal keagamaan, ia mengusulkan istilah guna menggambarkan proses yang terjadi antara budaya Indonesia dengan India melalui penyuburan. Dua jenis "penyuburan" menurut Bosch yaitu proses melalui pendeta agama Buddha dan melalui kontak dagang. Masyarakat Hindu terbagi atas empat kasta, yaitu sebagai berikut :  

a) Brahmana (pendeta).

b) Ksatria (raja.. bangsawan, dan prajurit).

c) Waisya (petani, dan pedagang).

d) Sudra (pekerja kasar dan budak).

4.Teori Sudra

       Menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra. Mereka yang datang ke Indonesia bertujuan untuk mengubah kehidupan karena di India hanya hidup sebagai budak. Alasan itulah yang menjadi dasar dari teori ini, meskipun para sejarah Indonesia menyangsikan kekuatan teori ini.

5. Teori Gabungan

       Teori ini beranggapan bahwa kaum brahmana, bangsawan, dan pan pedagang bersama-sama menyebarkan agama Hindu sesuai denga peranan masing-masing.


C. Kerajaan-Kerajaan Hindu Buddha di Indonesia


1.Kerajaan Kutai

       Kerajaan Kutai adalah kerajan Hindu yang berdiri pada abad ke-4 dan menjadi kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan ini pernah dipimpin oleh lima raja selama masa kejayaannya, yakni raja Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman. Beberapa penginggalan kerajaan Kutai adalah prasasti Yupa, Arca Bulus, 12 batu, dan kalung emas.

2. Kerajaan Tarumanegara

       Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan yang didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman yang terletak di dekat Sungai Citarum. Kini daerah tersebut menjadi daerah Lebak, Banten. Daerah kekuasaan kerajaan ini meliputi Banten, Jakarta, dan Cirebon. Raja yang pernah memimpin kerajaan Tarumanegara adalah Wisnuwardhana, Indrawarman, Candrawarman, dan Purnawarman yang memimpin pada puncak kejayaan kerajaan ini. Ada pula penerusnya, seperti Suryawarman, Kertawarman, Sudhawarman, Hariwangsawarman, Nagajayawarman, dan Linggawarman. Peninggalan kerajaan Tarumanegara adalah Candi Ciaruteun.

3. Kerajaan Kalingga

       Kerajaan Kalingga merupakan kerajaan Hindu Budha yang berdiri pada abad ke-6 Masehi. Kerajaan ini pertama kali muncul di pantai utara Jawa Tengah bersamaan dengan Kerajaan Kutai dan Tarumanegara. Beberapa raja yang pernah berkuasa, yaitu Wasumurti, Wasugeni, Wasudewa, Wasukawi, Kiratasingha, Kartikeyasingha, Wasuwari (Ratu Shima). Setelah Ratu Shima wafat, kerajaan Kalingga dibagi menjadi dua kekuasan, utara dan selatan.

4. Kerajaan Mataram Hindu (Mataram Kuno)

       Candi Borobudur merupakan peninggalan kerajaan Mataram Hindu atau dikenal dengan sebutan lain sebagai Mataram Kuno. Kerajaan ini telah berkuasa pada abad ke-8 Masehi di Jawa Tengah dan akhirnya pindah ke Jawa Timur pada abad ke-10 Masehi. Raja yang pernah berkuasa adalah Raja Sanjaya (Rakai Pikatan) dan Pancapana (Rakai Panangkaran). Kerajaan ini berdiri sebagai penerus kerajaan Kalingga.

5. Kerajaan Kediri

       Kerajaan Kediri atau Panjalu berkuasa di wilayah Kediri pada tahun 1041-1222. Kerajaan ini memiliki daerah kekuasaaan yang berpusat di Dahanapura atau kini dikenal sebagai Kota Kediri. Beberapa raja yang pernah memerintah di kerajaan Kediri adalah Jayawarsa, Bamerwara, Jayabaya, Sasweswara, Areswara, Kronsarayadipagandra, Kameswara, Kertajaya. Kerajaan Kediri mengalami keruntuhan setelah dikalahkan Ken Arok dari Desa Ganter.

6. Kerajaan Bali

       Kerajaan Bali merupakan kerajaan Hindu Budha di Bali yang memiliki pengaruh dari Jawa Timur. Hal ini terjadi karena Bali pernah berada di bawah kekuasaan kerajaan Singasari dan Majapahit. Berkat pengaruh kerajaan Hindu Budha, agama Hindu di Bali kini berkembang pesat. Beberapa peninggalan kerajaan Bali yang bisa kita lihat hingga saat ini adalah Pura Agung Besakih dan Candi Padas di Gunung Kawi.

7. Kerajaan Singasari

       Kerajaan Singasari adalah kerajaan bercorak Hindu yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Kerajaan ini berada di Jawa Timur yang saat ini dikenal dengan Kota Malang. Raja yang pernah memimpin kerajaan Singasari adalah Ken Arok, Anusapti, Panji Tohaya, Ranggawuni, dan Kertanegara. Kerajaan Singasari mengalami keruntuhan setelah diserang Jayakatwang dari Kediri.

8. Kerajaan Panjajaran

       Kerajaan Pajajaran memiliki sebutan lain, yakni Negeri Sunda, Pasundan, atau Pakuan Pajajaran. Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Taurmanegara, Sunda, Galuh, dan Kawali. Wilayah kekuasaan kerajaan Pajajaran meliputi, Banten, Jakarta, Bandung, Sukabumi, dan Bogor. Peninggalan kerajaan ini adalah prasati Sanghyang Tapak, Kawali dan naskah Carita Parahyangan.

9. Kerajaan Majapahit

       Majapahit adalah kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya di wilayah Jawa Timur. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1293 ini merupakan kerajaan terakhir sejarah Hindu Budha di Indonesia. Kerajaan Majapahit memiliki puncak kejayaan saat dipimpin oleh Hayam Wuruk (1350-1389). Kerajaan ini runtuh karena perang Paregreg yang dilakukan oleh Wikramawardhana dan Bre Wirabumi yang memperebutkan tahta kerajaan.

10. Kerajaan Sriwijaya

       Jika sebelumnya beberapa kerajaan Hindu Budha terletak di pulau Jawa, kerajaan Sriwijaya terletak di Sungai Kampar Sriwijaya, Sumatera Selatan. Kerajaan ini berada di Muara Takus yang pindah ke Jambi, kemudian ke Palembang dekat Sungai Musi. Kerajaan ini runtuh karena serangan kerajaan Colamandala dari India, serangan Singasari, serangan Kerajaan Kediri dan berdirinya Majapahit. Raja yang pernah mempimpin adalah Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Sri Maharaja Cudamani Warmadewa, Balaputradewa, dan Sanggrama Wijayattunggawarman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemerintahan Orde Baru

Sejarah Penjajahan Portugis dan Kolonialisasi

Masa Pergerakan Nasional